Quarantinediary #2 (Try to be better)

 Setelah 8 bulan lamanya beradaptasi pada kebiasaan baru, berdamai dengan keadaan, mulai menata kembali apa yang sudah runtuh, kini aku kembali memustuskan untuk lebih melalukakan hal yang lebih produktif .

Rasanya banyak waktu yang terbuang sia-sia, banyak hal yang terlalu dipikirkan tetapi tak berlangsung untuk dikerjakan, ya sepertinya aku mulai ragu untuk melangkah, kemungkinan yang belum terjadi mengahantui ku. Padahal ini hanyalah sepenggal dari perjalanan ku yang masih panjang , kecewa saat apa yang telah aku bangun namun hancur berkeping keping, apa yang telah aku tata dengan sempurna, apa yang telah ku rencanakan, apa yang telah aku pikirkan secara matang matang, ternyata tak sesuai dengan keadaan, entah ingin menuntut pada siapa atas kekecewaan ini namun bukan kah hanya ingin menyalah kan keadaan? Padahal tak ada yang meminta untuk berada dikondisi seperti ini.  

Setelah menjernihkan pikiran ini mungkin dengan bercerita aku dapat membangun kembali apa yang telah runtuh , aku ingin membuat komitmen pada diri sendiri agar aku lebih bisa menghargai waktu. Aku tidak ingin terus menerus terpuruk dan menyalahkan keadaan. Aku ingin berdamai dengan semua yang telah terjadi , ya mungkin memang obat paling mujarab itu berdamai kepada diri sendiri dan keadaan , dengan berdamai kita dapat menerima apa yang sudah terjadi sehingga saat melangkah kembali sudah tak ada beban yang menghantui.

Banyak hal yang menanti mu di masa depan jika tak kunjung bergerak kamu tak membangun apapun, mungkin kita dituntut untuk membangun kembali dengan fondasi yang lebih kuat , untuk menata masa depan lebih matang .

Tak ada yang meminta seperti. Keadaan seperti ini hal yang tak diinginkan oleh setiap insan . Menyebarnya virus korona, berbagai bencana alam , berbagai kasus kriminal yang meningkat , masalah ekonomi , para siswa mengalami kesulitan belajar , dan banyak hal lain . Namun disinilah kita di uji untuk menjadi lebih tangguh dalam menghadapi masalah, kita dituntut untuk lebih bijak dalam menyikapi masalah, kita dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi.

 Dari keadaan ini aku mendapatkan poin penting  "Tuhan menghancurkan rencana mu, agar rencana mu tidak menghancurkan mu " -Anonymuos


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertumbuh dan Berproses dalam Memaknai Kehidupan

Tiket Kebahagiaan

20 Tahun Membersamai Diri